Jumat, 18 Maret 2011

SUPLEMEN 1


 

SUPLEMEN

1

 

PENGAJARAN KELOMPOK

 

 

 

 

 

 

Disajikan pada
Bimbingan Teknis Metode Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi
Bagi Tutor Kejar Paket B
Tanggal 13-18 Nopember 2006













PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DINAS PENDIDIKAN
BALAI PENGEMBANGAN KEGIATAN BELAJAR
Jl. Sorowajan Baru Banguntapan Yogyakarta 55198 Telp: (0274) 484367


PENGAJARAN KELOMPOK

Alasan:

·         Keterbatasan sumber daya fasilitas seperti halnya  peralatan (mikroskop, komputer, dsb) dan buku-buku, mungkin  tidak cukup untuk seluruh kelas, tetapi akan mencukupi untuk satu kelompok kecil.
·         Kegiatan berkelompok dapat memberikan perhatian individual yang lebih besar kepada para warga belajar. Kelompok-kelompok ini harus mampu bekerja secara mandiri atau hanya dengan supervisi dan bantuan yang minim dari tutor. Membaca dalam hati, menulis yang kreatif, dan suatu kegiatan budaya merupakan contoh-contoh yang baik dari jenis-jenis tugas ini. Memperbolehkan para warga belajar bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, dapat menciptakan kesempatan untuk  pembelajaran bersama dan pengembangan ketrampilan pembelajaran bersama.
·         Bekerja berkelompok dapat menciptakan kondisi untuk  pembelajaran yang aktif.
·         Bekerja berkelompok dapat menciptakan kondisi untuk  para warga belajar belajar dan membantu satu sama lain.
·         Bekerja berkelompok dapat membuat seorang tutor melayani perbedaan secara individual.
·         Dengan pengaturan sifat kelompok-kelompok secara berhati-hati, tutor dapat memberikan jenis tugas  warga belajar yang berbeda-beda , merurut kebutuhan pendidikannya.    
·         Para warga belajar dapat menyiapkan pekerjaan yang lebih  sesuai dengan:
-         Kemampuannya
-         Pengetahuan sebelumnya
-         Kecepatan kerjanya
·         Melalui kegiatan berkelompok, para warga belajar juga dapat menetapkan pekerjaan yang lebih dekat/ sesuai dengan minat–nya. Mengorganisasikan kerja kelompok dapat memberikan  pilihan yang lebih besar, warga belajar dapat memilih jenis kegiatan yang ingin mereka kejar.
·         Keanggotaan kelompok dapat digunakan sebagai suatu teknik manajemen perilaku
·         Penggunaan kegiatan berkelompok yang sesekali akan menciptakan variasi, dan membantu memelihara kesegaran dan minat warga belajar.
Kelompok dapat diorganisasikan berdasar hal-hal yang heterogen ; mereka dapat diorganisasikan berdasar ke -  serba-samaannya (homogeneous); mereka juga dapat diorganisasikan secara  acak.
·            Pikirkan situasi kapan tepatnya  untuk mengorganisasikan kelompok-kelompok yang heterogen, homogen, atau acak  yang berkenaan dengan:
-          Umur,
-          Tingkat/ Kelas,
-          Kemampuan,
-          Pengetahuan Sebelumnya dan Pengalaman,
-          Jenis Kelamin,
-          Latar Belakang Sosial Budaya,
-          Bahasa,
-          Kebutuhan Fisik,
-          Persabatan,
-          Karakteristik Perilaku
[Catatan: Pengelompokan itu tidak perlu terpisah seperti di atas, misalnya: kelompok umur dan kelompok jenis kelamin dapat dilakukan bersamaan]

Variasi

Tutor yang multitingkat harus selalu berusaha keras untuk sebanyak mungkin mempunyai variasi dalam cara pengorganisasian anak-anak dalam kelompok.  Perubahan kegiatan untuk warga belajar dapat berarti perubahan untuk kelompok.  Pendekatan semacam itu dapat membantu menjaga agar pengalaman dalam pendidikan selalu menarik dan mendorong.  Hal ini juga dapat meningkatkan integrasi sosial secara penuh. 

Kriteria untuk kebutuhan pengelompokan yang tidak eksklusif  satu dengan yang lainnya Haruslah diperhatikan bahwa sebagian kecil kriteria yang tersebut diatas tidak eksklusif satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, untuk kegiatan khusus tertentu, justru diperlukan kelompok campuran laki-laki dan perempuan untuk bekerja bersama-sama; jadi tidak mutlak eksklusif laki-laki saja atau perempuan saja.

 

Memberi nama kelompok

Pemberian nama kelompok dapat memberi rasa senang pada warga belajar. Pemberian nama dapat saja menurut tingkatan “kelompok puncak”, “kelompok tengah” dan kelompok bawah”, walaupun hal ini merupakan cerminan kemampuannya. Fenomena ini terkadang memberi efek bagus terhadap pestasi karena akan memotivasi warga belajar. Namun demikian, seorang tutor tidak boleh alpa selalu untuk mengingatkan anggota-anggota kelompok yang lebih matang atau mampu bahwa lebih banyak bantuan yang diharapkan dari mereka, khususnya mengenai kemandirian kerja, sedemikian rupa sehingga seorang tutor dapat memberikan lebih banyak waktu kepada mereka yang memerlukannya. 
Pemberian nama kelompok yang lain dapat saja menggunakan nama dari warna, nama binatang, atau nama kota.
Nama-nama yang dipilih untuk kelompok sedapat mungkin digunakan  untuk penguatan belajar.
Nama-nama kelompok setiap hari dapat berubah, atau menurut topik yang sedang dipelajari. Untuk menambanh kesenangan, para warga belajar dapat mengambil nama kelompok mereka secara acak: dengan mengambil bola-bola berwarna dari sebuah kantong, atau memutar sebuah penunjuk, atau memutar sebuah “dadu” pada beberapa sepotong alat yang dibuat oleh tutor khusus untuk tujuan ini!

Pengelolaan belajar kelompok pada berbagai variasi tuntutan
Tuntutan terhadap tutor akan bervariasi pada tahapan kegiatan yang berbeda-beda, maupun di antara kegiatan-kegiatan. Rahasia keberhasilan pengajaran kelompok terletak pada perencanaan dan pengelolaan variasi ini.

Memulai Kegiatan Kelompok

Memulai sejumlah kegiatan kelompok, dimana masing-masing melakukan kegiatan yang berbeda-beda merupakan sesuatu yang menantang bagi tutor.  Seorang tutor tidak dapat berada dibeberapa tempat dalam satu waktu dan tidak dapat menerangkan hal-hal yang berbeda kepada kelompok-kelompok yang berbeda secara serempak! Merupakan praktik pembelajaran yang jelek bagi kelompok warga belajar yang duduk menganggur, tidak tahu apa yang akan dilakukan, dan menunggu-nunggu instruksi. Para warga belajar akan menjadi frustrasi, kehilangan perhatian, dan iklim ketidak disiplinan akan tercipta. Situasi seperti ini harus dihindari. 
Apabila akan memulai kegiatan kelompok didiskusikan dalam sesi-sesi pelatihan, mungkin diharapkan agar para peserta disilakan  mendiskusikan dan menyarankan diri mereka sendiri untuk mengambil pilihan yang praktis yang mungkin dimiliki seorang tutor untuk mengorganisasikan permulaan suatu kegiatan kelompok dengan cara yang efisien.  Hal-hal berikut ini merupakan  satu “daftar periksa” untuk dikaji-ulang untuk memperluas wawasan dan pengetahuan apabila kemungkinan tersebut  tidak dikenal.

Ada 4 alternatif pendekatan dalam memulai kegiatan kelompok.

 

Pendekatan 1

Pendekatan 1 dimulai dengan situasi dimana pengajaran dilakukan pada seluruh kelas. Namun, karena tutor merencanakan untuk memperkenalkan kegiatan kelompok, sebelum pengajaran seluruh kelas mulai, para warga belajar diatur dalam kelompok-kelompok.
Tutor harus menjelaskan kepada seluruh kelas bahwa ia merencanakan untuk memulai dengan beberapa kegiatan kelompok pada waktu  pelajaran atau sebentar lagi (atau hari itu). Apabila waktunya datang, masing-masing kelompok akan diberi instruksi sendiri-sendiri secara terpisah. Namun demikian, tutor akan menjelaskan hal tersebut; sampai instruksi ini diterima, seluruh kelas akan mulai dengan kegiatan yang sama.  
Kemudian tutor menetapkan kegiatan yang akan dapat dilakukan oleh semua warga belajar dalam kelas seluruhnya.  Dengan perkataan lain, ini harus menjadi kegiatan dimana seluruh kelas mampu mencapai keberhasilan, tanpa dibantu tutor selanjutnya. Contohnya:
·         Membaca dalam hati
·         Suatu teka-teki silang
·         Sepenggal tulisan kreatif yang pendek
·         Menulis buku harian
·         Menyelesaikan pekerjaan apa saja yang belum terselesaikan
·         Perbaikan/ Koreksi
·         Menggambar suatu gambar
·         Dsb.
Sekali seluruh kelas berada “dalam tugas”, tutor dapat berkeliling kepada setiap kelompok, dan menjelaskan kegiatan kelompok dan memulainya.
Permulaan kegiatan masing-masing kelompok kemudian dapat diatur bergiliran  
Tutor selanjutnya dapat membuat pilihan. Setelah menjelaskan kegiatan kelompok, tutor dapat :
Apakah:
Menginstruksikan kelompok untuk menyelesaikan kegiatan kelas yang asli, sebelum mulai kegiatan kelompok,
            Atau:
Menyampingkan kegiatan yang asli, dan mulai segera dengan kegiatan kelompok.
Apabila diperlukan, kelompok selalu dapat kembali ke kegiatannya yang asli setelah mereka menyelesaikan tugas kelompoknya.

Pendekatan 2

Pendekatan 2 hampir sama dengan pendekatan 1. Dimulai dengan para warga belajar yang telah diatur sesuai dalam formasi kelompok mereka dan penjelasan yang telah diberikan kepada seluruh kelas. 
Perbedaan antara Pendekatan 2 dari pendekatan 1 adalah mengenai apa yang diminta kepada warga belajar untuk dikerjakan. Dalam Pendekatan 2, pertama-tama tutor mengenalkan suatu kegiatan kelompok, yang akan dilaksanakan oleh  semua kelompok. Dengan perkataan lain, apabila ada lima kelompok, awalnya, semuanya lima kelompok akan mengerjakan kegiatan yang sama.  Para warga belajar akan bekerja dalam kelompok, dari pada secara  individual.
Namun demikian, apabila hal ini masih dimaksudkan oleh tutor untuk berpindah ke modalitas bekerja dimana kelompok yang berbeda mengikuti kegiatan yang berbeda, kegiatan pertama harus kegiatan kelompok yang meminta tuntutan rendah pada tutor.  Misalnya, menyelesaikan lembar kerja yang dapat langsung  dikerjakan setelah  sekali diberikan penjelasan.
Kemudian tutor bebas untuk bekeliling kelompok, dan menyiapkan mereka untuk kegiatan berikutnya, setelah tugas awal diselesaikan. Tutor dapat membuat kegiatan yang sama sekali berbeda bagi masing-masing kelompok, jika hal ini diharapkan.

 

Pendekatan 3

Pendekatan 3 lagi-lagi dimulai dengan cara yang hampir sama dengan Pendekatan 1 dan 2. Para warga belajar diatur siap untuk mulai dengan kegiatan kelompok, dan tutor mulai dengan hal-hal lain dengan cara berbicara kepada seluruh kelas. Tutor menjelaskan, di depan seluruh kelas, apa yang akan dilakukan oleh setiap kelompok. Apabila semua penjelasan telah selesai disampaikan, kelompok yang berbeda-beda itu harus segera mulai dengan tugasnya masing-masing.  Pendekatan 3 mudah dijelaskan, namun bukan  pendekatan yang langsung dapat dilaksanakan. Ini hanya tepat dalam serangkaian keadaan yang lebih khusus dan keputusan yang baik akan diperlukan apabila hal ini layak.
Pendekatan 3 direkomendasikan bila :
·            Penjelasan untuk setiap kegiatan  relatif singkat dan sederhana. Dengan jalan demikian seluruh kelas tidak harus  menunggu  terlalu lama mendengarkan instruksi yang tidak ada sangkut-pautnya dengan mereka.
·            Pendekatan 3 khusus lebih tepat apabila hal ini dimaksudkan agar semua kelompok akhirnya melaksanakan setiap kegiatan, secara berputar. Jadi setiap kelompok akan tahu apa yang diperlukan untuk hal tersebut, apabila gilirannya  datang untuk melaksanakan kegiatan tersebut.  

Walaupun demikian, apabila penjelasannya panjang dan rumit, hal ini akan segera dilupakan dan pendekatan ini tidak tepat untuk dilakukan. Para warga belajar juga akan menggunakan terlalu banyak waktu menganggur.
Perlu pertimbangan dan perlu direncanakan akan tuntutan yang berbeda-beda untuk setiap kegiatan  terhadap tutor, jika ada banyak kelompok memulai kegiatan secara serempak pada saat yang sama. Apabila semua kelompok memerlukan banyak perhatian pada awal kegiatan, tutor akan merasakan hal itu tidak mungkin untuk memelihara setiap kelompok pada saat yang sama.

Pendekatan 4

Pendekatan 4 berbeda dengan pendekatan 1 sampai 3 dalam hal kegiatan kelompok segera dimulai, tanpa instruksi dari tutor kepada seluruh kelas .
Pendekatan ini harus dilengkapi dengan lembar kerja instruksi yang jelas  yang diberikan kepada kelompok.
Pendekatan 4 hanya akan dapat bekerja jika para warga belajar telah terbiasa bekerja dalam kelompok dan biasa menggunakan lembar kerja.
Tutor harus merencanakan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa kegiatan yang berbeda-beda tidak memberikan tuntutan tinggi terhadap tutor pada saat yang sama.

Pertama kali memulai kerja kelompok

Bagi seorang tutor baru, atau seorang tutor yang  tidak berani melakukan  cara pengajaran kelompok sebelumnya, mengorganisasikan kegiatan berkelompok dapat  menjadi amat menakutkan. Suatu kelas dimana warga belajar yang belum berpengalaman dengan cara kerja berkelompok juga merasakan suatu tantangan pada pertama kalinya. 

Disarankan agar pada awalnya, kegiatan dilakukan sesederhana mungkin. Satu cara pertama kali ialah mencoba untuk memulai satu kelompok kecil pada kegiatan terpisah dari sebuah kelas kelompok warga belajar kelas biasa .  Kegiatan ini merupakan kegiatan yang akan diikuti oleh kelompok lain secara merata setelah memperoleh gilirannya.
Barangkali lebih baik memperoleh sukses untuk menjalankan dua kegiatan berbeda bersamaan, sebelum berusaha untuk menangani tiga atau empat!

Tidak perlu melebihkan banyak pekerjaan

Jika ada empat kelompok bekerja dalam pekerjaan yang berbeda, menciptakan empat kumpulan lembar kerja tidak perlu menciptakan empat kali jumlah pekerjaan bagi tutor. Jika direncanakan  bahwa semua kelompok akan mendapat giliran kerja berdasarkan putaran/giliran, penyiapan lembar kerja akan tidak memerlukan pekerjaan ekstra : empat lembar kerja akan masih digunakan  oleh semua warga belajar.   Walaupun demikian, apa yang diperlukan, adalah  perencanaan yang lebih berhati-hati, adalah awal yang baik.

 

Ringkasan:

Mengorganisasikan kerja kelompok lebih menantang dan memberikan tuntutan  kepada tutor dibanding dengan pengajaran klasikal.  Hal ini memerlukan pengetahuan dan ketrampilan tambahan. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kelompok  akan memberikan manfaat pembelajaran yang lebih baik. 

Contoh khusus mengenai pengorganisasian kelompok.

Contoh 1:

Konteks:  seorang tutor mempunyai kelas dengan 40 warga belajar.  Ia ingin memberikan kepada para warga belajar pengalaman praktik mengenai penggunaan mikroskop, tetapi di PKBM hanya ada empat mikroskop , tidak mencukupi bagi setiap warga belajar dan tidak cukup bagi seluruh kelas secara bersamaan menggunakannya.  Jika sepuluh warga belajar berusaha melihat kebawah pada sebuah mikroskop dapat menjadi sebab kekacau-balauan !
Pendekatan yang praktis:
Tutor mengorganisasikan kegiatan kelompok, menggunakan mikroskop, untuk kelompok yang terdiri atas delapan warga belajar. Akan tersedia mikroskop untuk satu – atau dua - orang warga belajar per mikroskop dalam kelompok tersebut. Tutor menyiapkan lembar kerja untuk membantu kegiatan. Setelah diawali dengan introduksi singkat mengenai bagaimana menggunakan mikroskop dan apa yang diharapkan pada lembar kerja, tutor meninggalkan para warga belajar untuk melaksanakannya sendiri, dengan supervisi yang minimal.  
Tutor bekerja dengan sisa kelas, seluruhnya, sebagaimana biasanya, tetapi menghindari mengajarkan topik penting apapun dimana “kelompok mikroskop” akan mengalami kesulitan menangkapnya kemudian.
Pada kesempatan berikutnya, kelompok delapan warga belajar lainnya akan berkesempatan bekerja dengan empat mikroskop. Setelah tiga kesempatan lain berikutnya, semua empatpuluh warga belajar  akan memperoleh kesempatan bekerja dengan mikroskop.  Mereka akan memperoleh banyak hal yang riil, pengalaman langsung, yang mungkin tidak akan mereka peroleh jika pekerjaan dengan mikroskop dilakukan pendekatan sebagai kegiatan  seluruh kelas. 
Catatan:  
Sementara kelompok mikroskop terdiri atas kelompok-kelompok delapan orang, dalam kelompok ini, para warga belajar harus bekerja dalam pasangan: dua orang dengan satu mikroskop, bekerja melalui lembar kerjanya. Tutor mungkin akan memberikan empat salinan lembar kerja yang sama, atau delapan salinan – satu untuk setiap warga belajar bilamana diperlukan warga belajar untuk mencatat jawaban-jawaban pada lembar kerja. 

Contoh 2:

Konteks:  Ada empatpuluh warga belajar dalam kelas. Tutor ingin mengajarkan geografi  mengenai ketrampilan menggunakan atlas. Namun, hanya tersedia sepuluh atlas.  Disediakan waktu satu jam untuk pelajaran ini.

Pendekatan praktis:
Tutor memutuskan untuk membagi kelas kedalam dua kelompok dan diputuskan untuk melaksanakan pelajaran geografi dan pelajaran menulis kreatif secara simultan.
Tutor menulis pada papan tulis judul suatu cerita untuk suatu penulisan kreatif. “Anda adalah seorang penyelam  laut dalam.  Anda menemukan sebuah gua. Anda masuk ke dalam gua.  Apa yang Anda temukan dan apa yang terjadi kemudian?”  Setelah diskusi awal mengenai bagaimana para warga belajar dapat menggunakan imaginasi mereka untuk mengembangkan suatu cerita yang menarik, separo kelas di tetapkan untuk menulis karangan mereka.
Tutor kemudian mengintroduksikan kegiatan atlas kepada separo kelas lainnya. Para warga belajar bekerja dengan atlas, satu atlas untuk dua warga belajar. Kegiatan dibantu dengan lembar kerja.
Pelajaran diulang, hari berikutnya. Para warga belajar yang telah menyelesaikan kegiatan atlas akan mengambil gilirannya untuk menulis karangan tentang pengalaman pengemudi, dan sebaliknya.

Komentar: 
Dalam Contoh 1 dan 2, jumlah warga belajar dalam kelompok tidaklah begitu penting. Warga belajar bekerja berkelompok atau berpasangan.  Tidak ada interaksi yang terjadi antara semua anggota kelompok. Dalam pengajaran  berkelompok semacam ini  jumlah warga belajar dalam tiap\tiap kelompok tidak sulit dilaksanakan.

Dalam contoh berikutnya, para warga belajar bekerja bersama sebagai keseluruhan kelompok. Kelompok-kelompok empat atau enam merupakan kelompok yang berjumlah ideal:  cukup warga belajar untuk menciptakan kelompok yang “dinamis” dan “segar”. 
Kelompok yang terdiri dari empat atau enam warga belajar  memungkinkan untuk banyak pandangan, banyak perdebatan, dan sebagainya, tetapi hal ini cukup kecil untuk  setiap orang merasa terlibat, dan kegiatannya masih bisa dikelola.  Apabila warga belajar sungguh-sungguh bekerja sebagai “kelompok”, suatu kelompok yang terdiri dari lebih tujuh warga belajar merupakan masalah.  Tidak setiap orang akan merasa dapat memberikan kontribusi secara aktif dan jumlah itu menjadi tidak dapat dikelola. Mungkin lebih baik dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing empat orang.

Contoh 3

Konteks:  Tutor ingin untuk memfasilitasi kegiatan kelompok dalam membahas pemecahan masalah secara kerjasama. Ada empatpuluh dua warga belajar dalam kelas.  

Pendekatan yang praktis:
Tutor memutuskan membagi kelas kedalam tujuh kelompok @ enam orang.  Masing-masing kelompok akan mengerjakan kegiatan yang sama. Oleh karena itu diperlukan tujuh set materi yang identik.   Selanjutnya Tutor melaksananakan kegiatan sebagaimana diuraikan secara rinci dalam Contoh  1.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates